Mengenal Zaman Prasejarah di Indonesia

Mengenal Zaman Prasejarah di Indonesia
Jumat, November 30, 2018
zaman-prasejarah-di-indonesia
Peninggalan Bangunan Batu "Stonehenge" pada Zaman Megalithikum

Berdasarkan benda-benda peninggalan zaman prasejarah, para ahli arkeologi membagi pembabakan perkembangan budaya masyarakat awal Indonesia menjadi dua zaman, yakni zaman batu dan zaman logam.

Zaman batu dibagi menjadi zaman batu tua (paleolithikum), batu tengah (mesolithikum), dan batu muda (neolithikum). Zaman logam dibagi menjadi zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Namun, untuk seluruh kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia tidak mengenal adanya zaman tembaga. Zaman besi hanya meninggalkan sedikit kebudayaannya dan waktunya pun bersamaan dengan zaman perunggu. Oleh karena itu, periodesasi zaman logam di Indonesia hanya mengenal zaman perunggu.

Paleolithikum, Mesolithikum, dan Neolithikum


Sesuai dengan namanya, yakni zaman batu, alat-alat perlengkapan hidup yang dihasilkan juga kebanyakan terbuat dari batu. Benda-benda tersebut masih sangat kasar dan sederhana. Hal ini disebabkan cara pembuatannya yang hanya dibentur-benturkan antara batu yang satu dengan yang lainnya hingga menyerupai kapak dan dapat dipergunakan sebagai alat.

Alat-alat perlengkapan hidup zaman batu banyak ditemukan di Pulau Jawa. Berdasarkan tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan zaman batu tua dibagi menjadi dua, yakni kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.

Pada zaman batu tua (paleolithikum) dan batu tengah (mesolithikum) belum dihasilkan berbagai bangunan. Kebudayaan zaman batu tua dan batu tengah hanya menghasilkan alat-alat perkakas sederhana. Misalnya, kapak, beliung, pipisan, alu, lesung batu, gerabah, nekara, dan pisau batu. Barulah pada zaman neolithikum manusia zaman purba mulai membangun berbagai bangunan. Bangunan-bangunan yang muncul sejak zaman batu ini dikenal dengan kebudayaan batu besar (megalithikum).

Kebudayaan Megalithikum


Kebudayaan megalithikum atau batu besar merupakan kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan yang terbuat dari batu-batu besar. Pembuatan bangunan-bangunan batu tersebut bertujuan sebagai sarana pemujaan atau penghormatan terhadap roh nenek moyang. Pemujaan terhadap roh nenek moyang tersebut berkaitan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan itu meyakini adanya kekuatan-kekuatan gaib yang melekat pada benda-benda tertentu seperti pohon ataupun batu-batu besar.

Animisme adalah suatu kepercayaan yang meyakini adanya suatu roh atau jiwa yang melekat pada benda-benda baik pada benda hidup maupun mati. Misalnya, hewan, tumbuhan, batu-batuan, gunung, sungai, dan patung-patung. Dinamisme adalah suatu kepercayaan yang meyakini bahwa benda-benda tertentu, seperti pohon, batu besar, gunung, gua, senjata, dan jimat memiliki kekuatan gaib dan keramat.

Hasil-hasil terpenting kebudayaan megalithikum meliputi: menhir, punden berundak, dolmen, kubur peti batu, sarkofagus (peti jenazah), waruga (peti jenazah kecil), serta arca-arca. Dolmen digunakan sebagai tempat sesaji pada upacara keagamaan. Punden berundak digunakan sebagai tempat upacara keagamaan. Pendirian punden berundak didasarkan pada arah mata angin yang diyakini memiliki kekuatan gaib. Punden berundak juga didirikan di tempat-tempat yang diyakini sebagai tempat bersemayam roh nenek moyang.

Kebudayaan megalithikum ini muncul pada zaman batu muda (neolithikum) dan berlangsung terus hingga zaman logam. Bahkan, pada zaman logam perkembangan kebudayaan megalithikum telah tersebar ke seluruh Kepulauan Nusantara. Pada saat ini, tradisi budaya zaman megalithikum masih bertahan di beberapa wilayah Indonesia, seperti di Pulau Nias (Sumatera Barat), Pulau Sumba dan Flores (Nusa Tenggara Barat), serta Toraja (Sulawesi Selatan).

Bangunan-bangunan megalithikum di berbagai daerah tersebut ditemukan bersama-sama dengan peninggalan sejarah berupa peralatan hidup dari zaman neolithikum maupun alat-alat dari zaman logam. Namun, dalam penelitian kepurbakalaan bangunan-bangunan megalithikum lebih banyak ditemukan bersama-sama dengan alat-alat dari zaman logam karena pada zaman logam merupakan puncak perkembangan tradisi megalithikum. Hal ini terbukti dari penemuan manik-manik besi dan alat-alat dari perunggu pada tempat-tempat peninggalan bangunan megalithikum.


Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "Mengenal Zaman Prasejarah di Indonesia"

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar jika ada yang perlu didiskusikan. Jangan pernah gunakan ujaran kebencian, bullying, dan kalimat-kalimat yang mengandung unsur SARA!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel

Iklan Bawah Artikel