Bangunan-bangunan Prasejarah Peninggalan Kebudayaan Megalithikum di Indonesia
Jumat, Desember 07, 2018
Pada artikel saya sebelumnya telah dijelaskan periode zaman prasejarah di Indonesia yang terbagi menjadi dua, yakni zaman batu
dan logam. Pada zaman batu inilah bangunan-bangunan prasejarah di
Indonesia mulai ada. Peninggalan bangunan-bangunan yang terbuat dari
batu ini disebut dengan kebudayaan batu besar (megalithikum).
Kebudayaan megalithikum ini sendiri berawal di zaman batu muda
(neolithikum) dan terus berlangsung hingga zaman logam.
Berkaitan
dengan perkembangan kebudayaan megalithikum, seorang sarjana Jerman
bernama Von Heine Geldern, membagi penyebaran kebudayaan megalithikum
di Indonesia menjadi dua tahap, yakni zaman megalithikum tua dan
megalithikum muda.
Zaman Megalithikum Tua
Zaman
megalithikum tua menghasilkan bangunan-bangunan seperti menhir,
punden berundak, dan arca-arca. Kebudayaan ini dibawa oleh
orang-orang Proto Melayu yang merupakan pendukung kebudayaan kapak
persegi. Zaman megalithikum tua berkembang pada zaman neolithikum
sekitar tahun 2500-1500 SM (sebelum masehi).
Zaman Megalithikum Muda
Kebudayaan
megalithikum muda menghasilkan bangunan-bangunan berupa kubur peti
batu, dolmen, waruga, sarkofagus, serta arca-arca. Tradisi budaya
megalithikum muda tersebar ke Indonesia dibawa oleh orang-orang
Deutro Melayu yang merupakan pendukung kebudayaan Dongson. Kebudayaan
megalithikum muda berkembang pada zaman perunggu pada sekitar tahun
1000-100 SM.
Kebudayaan
megalithikum tersebar di banyak daerah di Indonesia dalam berbagai
ragam dan bentuk. Akan tetapi, peninggalan prasejarah kebudayaan
megalithikum banyak terdapat di Pulau Jawa dan Sumatera. Bangunan
bersejarah kebudayaan megalithikum tersebut berupa menhir, punden
berundak, dolmen, sarkofagus, dan kubur batu.
1. Menhir
Menhir
adalah bangunan dari batu berbentuk tugu yang berfungsi sebagai
perlambangan roh nenek moyang. Pada masa prasejarah, bangunan menhir
dijadikan bangunan pemujaan. Menhir didirikan oleh seorang kepala
suku dengan bantuan rakyatnya untuk mengenang jasa-jasanya. Setelah
ia meninggal, maka menhir tersebut menjadi perlambangan kepala suku
yang dipuja karena menjadi pelindung masyarakat. Dalam upacara
tertentu, roh kepala suku dianggap turunke dalam menhir dan langsung
berhubungan dengan para pemujanya.
Bangunan Prasejarah Menhir |
Untuk
melambangkan roh nenek moyang yang bersemayam di langit atau di atas
gunung dan bukit, maka bangunan menhir didirikan di atas punden
berundak. Bangunan punden berundak tersebut melambangkan
tingkatan-tingkatan yang harus dilalui guna mencapai tempat
bersemayamnya roh nenek moyang. Contoh bangunan menhir ditemukan di
dataran tinggi Pasemah di wilayah perbatasan antara Palembang dan
Bengkulu.
2. Punden Berundak
Adakalanya
fungsi menhir sebagai sarana pemujaan kepada roh nenek moyang sudah
berkurang dan digantikan dengan pendirian bangunan punden berundak.
Punden berundak adalah bangunan pemujaan yang tersusun secara
bertingkat-tingkat menyerupai tangga. Bangunan punden berundak
melambangkan tingkatan untuk menuju roh nenek moyang.
Bangunan Prasejarah Punden Berundak |
Contoh bangunan
punden berundak dapat ditemukan di Pulau Sumatera maupun Jawa.
Misalnya, bangunan berundak (aerosali) dengan menhir (behu) di Pulau
Nias; Punden berundak suku Badui di gunung Padang; Arca Domas, Lemah
Duhur, dan Kosala di Jawa Barat; Punden berundak Gunung Welirang dan
Gunung Argapura di Jawa Timur; Punden berundak Panebel, Tenganan,
Selulung, Kintamani, Sembiran, dan Besakih di Bali.
3. Dolmen
Dolmen
adalah bangunan berbentuk meja yang terbuat dari batu yang memiliki
kaki meja berupa empat menhir. Fungsi dolmen adalah segagai tempat
sesaji pada upacara pemujaan terhadap roh nenek moyang. Selain itu,
terdapat bangunan dolmen yang berfungsi sebagai kuburan batu yang
disebut pandusha. Misalnya, dolmen yang ditemukan di daerah Besuki,
Jawa Timur.
Bangunan Prasejarah Dolmen |
Berdasarkan
penelitian kepurbakalaan, dolmen banyak ditemukan di Pulau Sumatera,
seperti di daerah Dataran Tinggi Pasemah, Sumatera Selatan.
4. Sarkofagus
Sarkofagus
adalah bangunan dari batu yang berbentuk seperti lesung yang
berfungsi sebagai keranda jenazah. Sarkofagus berukuran besar
berhasil ditemukan di daerah Keliki dan Tegalalang, Bali. Bentuk
Sarkofagus dari Bali hampir mirip peti-peti batu dari Besuki.
Sarkofagus tersebut berisi tulang-belulang, pemukul kulit kayu dari
batu, dan pecahan barang-barang dari perunggu dan besi, serta
manik-manik.
Bangunan Prasejarah Sarkofagus |
5. Kubur Batu
Kubur
batu merupakan bangunan yang bentuknya hampir sama dengan peti mayat
dari batu. Dinding, alas, dan penutup kubur batu dibuat dari
papan-papan batu. Kubur batu agak berbeda dengan keranda. Keranda
terbuat dari satu buah batu besar yang dicekungkan bagian atasnya
seperti lesung dan diberi penutup, sedangkan kubur batu merupakan
peti yang dinding-dindingnya terlepas satu sama lain.
Bangunan Prasejarah Kubur Batu |
Contoh
kubur batu pernah ditemukan di daerah-daerah seperti Wonosari, Cepu,
Cirebon, serta Pasemah. Kubur-kubur batu tersebut antara lain berisi
tulang-belulang, alat-alat dari perunggu dan besi, serta manik-manik.
Belum ada Komentar untuk "Bangunan-bangunan Prasejarah Peninggalan Kebudayaan Megalithikum di Indonesia"
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar jika ada yang perlu didiskusikan. Jangan pernah gunakan ujaran kebencian, bullying, dan kalimat-kalimat yang mengandung unsur SARA!