Berikut 7 Daftar Bencana Tsunami Hebat yang Pernah Terjadi di Indonesia

Berikut 7 Daftar Bencana Tsunami Hebat yang Pernah Terjadi di Indonesia
Selasa, Agustus 06, 2019
Indonesia memang wilayah rawan gempa. Karena seringnya gempa terjadi, jari tanganmu pun mungkin tidak cukup untuk menghitungnya. Contohnya, gempa hebat di Aceh, Yogyakarta, Pangandaran, Bengkulu, dan masih banyak lagi kejadian-kejadian gempa lainnya.

Secara alamiah, fenomena alam ini tidak bisa kita hindari. Sebab, nun jauh di dasar samudera kepulauan negeri ini terdapat tiga lempeng tektonik yang aktif, yaitu: lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik.

tsunami di indonesia
Tsunami Aceh adalah bencana yang paling parah dan terhebat dalam kurun waktu beberapa dekade ini

Lempeng-lempeng tersebut terus bergerak. Saat terjadi gerakan saling menubruk, saat itulah bumi akan berguncang. Getaran atau guncangan inilah yang kita kenal dengan gempa. Wilayah mana saja yang dilalui lempeng tersebut sewaktu-sewaktu bisa terjadi gempa bumi.

Dan naasnya, akibat dari aktivitas gempa ini justru menambah ancaman baru bagi masyarakat yang tinggal di pesisir, yakni tsunami. Tsunami adalah penjalaran gelombang air laut ke seluruh penjuru mata angin. Selain gempa, tsunami juga bisa disebabkan oleh letusan gunung api, meteor jatuh, atau tanah longsor.


Lantas, bagaimana kita bisa mengetahui tanda-tanda akan datangnya tsunami? Jika gempa tak dapat diprediksi, lain halnya dengan tsunami, bencana ini dapat kita perkirakan meskipun tidak semua dapat dilakukan. Berikut adalah tanda-tandanya:
  • Apabila kamu merasakan gempa yang sangat kuat, sementara itu kamu berada di pantai, segeralah meninggalkan pantai; 
  • Jika permukaan air pantai surut mendadak tidak seperti biasanya, segeralah menjauh dari pantai; 
  • Apabila melihat ombak yang kuat dan tidak seperti biasanya, bisa jadi gelombang tersebut merupakan gelombang awal tsunami dari gempa yang jauh. Segeralah menajauh dari pantai; 
  • Apabila mendengar suara gemuruh atau ledakan dari arah pantai, secepatnya menjauhi pantai; dan 
  • Jika angin bertiup dengan bau garam menyengat, segeralah menjauh dari pantai. 
Pulau-pulau yang membentuk Kepulauan Indonesia terbentang di sebuah zona tempat tiga lempeng tektonik besar bertemu dan saling berbenturan. Lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan lempeng Pasifik, semua bertemu dan saling mendorong satu sama lain menghasilkan beberapa gempa bumi yang besar dan sering terjadi di Indonesia.

Beberapa gempa bumi yang terjadi berpotensi menimbulkan tsunami. Berikut 7 daftar bencana tsunami hebat yang pernah terjadi di Indonesia:

1. Tsunami Krakatau Tahun 1883


Bencana ini berawal dari ulah Gunung Krakatau. Tepatnya pada tanggal 27 Agustus 1883 Gunung Krakatau di Selat Sunda meletus. Dentuman letusannya terdengar sampai ke Sri Langka dan Karaci. Bahkan sampai ke Perth dan Sydney, Australia. Abu letusan yang disemburkan ke angkasa kemudian menyebar ke sebagian besar dunia. Akibatnya, langit menjadi gelap.

Letusan mahadahsyat ini telah meruntuhkan tubuh gunungnya ke dalam laut. Ambruknya tubuh gunung seluas 18 km2 menyebabkan tsunami raksasa menyapu pantai Banten dan Lampung. Selain itu, tsunami Krakatau diperkirakan juga disebabkan oleh gempa tektonik yang berpusat di Selat Sunda. Sebanyak 36.417 orang tewas, 165 kampung dan dusun musnah, serta 132 lainnya hancur sebagian. Bencana ini telah menyebabkan lenyapnya hampir seluruh massa pulau itu sendiri.

2. Tsunami Pulau Flores Tahun 1992


Tsunami ini terjadi tepatnya pada tanggal 12 Desember 1992. Diawali dengan gempa berkekuatan 7,8 SR yang mengguncang dasar samudera di lepas pantai utara Flores. Dasar laut tiba-tiba naik 1,3 meter mengangkat seluruh massa air di atasnya dan menciptakan sebuah tsunami yang mematikan. Ketinggian gelombang mencapai 3,3 meter.

Kerusakan antara lain terjadi di desa Wuring. Desa yang dibangun di daerah rendah berpasir dengan ketinggian hanya 1,6 meter di atas permukaan laut. Sebanyak 80% rumah hancur dan 87 orang tewas. Kerusakan itu diperparah dengan perahu-perahu nelayan yang hancur tersapu gelombang.

Selain itu, kerusakan yang lebih buruk terjadi di ujung timur di pesisir Pulau Flores bagian utara. Di sini, tinggi gelombang mencapai 11 meter. Bahkan, di dekat Tanjung Bungai, tinggi gelombang mencapai 28,3 meter, tepatnya di desa Riang-Kroko dan desa Leworahang.

Gelombang bergerak sejauh 609,8 meter ke daratan. Lebih dari 200 rumah lenyap, bahkan fondasi-fondasi rumah, pohon kelapa,dan sebagian besar tumbuhan di desa itu lenyap. Penduduk tewas mencapai 137 orang dari 406 jumlah total penduduk.

Kerusakan buruk juga terjadi di Pulau Babi. Pulau kecil yang terletak 4,5 km di sebelah utara Pulau Flores. Hanya dalam waktu 3 menit setelah gempa, tsunami mendekati Pulau Babi. Gelombang yang menghantam Pulau Babi terhalang perbukitan tetapi gelombang tersebut terpecah menjadi dua. Tabrakan antara dua gelombang itu justru menambah ketinggiannya. Akibatnya, daya rusaknya semakin besar. Sebanyak 263 orang penduduk tewas. Di daerah ini menyisakan pemandangan sampah yang mengerikan setelah tsunami terjadi.

3. Tsunami Pesisir Jawa Timur Tahun 1994


Pada tanggal 2 Juni 1994, berawal dari sebuah gempa berkekuatan 7,2 SR telah menghantam daerah Palung Jawa di bagian timur laut Samudera Hindia. Sumber gempa ini terletak 180 km dari pesisir Jawa dan Bali. Kira-kira 50 menit setelah gempa, gelombang tsunami setinggi 12 meter menghantam pesisir Jawa.

Tiga desa yang terhempas gelombang paling keras adalah Pancer, Lampon, dan Rajekwesi. Di desa Pancer, tsunami tidak hanya menyapu desa tetapi juga menghantam muara sungai. Padahal tepi muara sungai itu menjadi tempat tinggal penduduk. Di daerah ini, gelombang mencapai ketinggian 10 meter dan masuk ke daratan sejauh 833 meter lebih. Menewaskan sebanyak 126 orang, 671 rumah dan bangunan hancur.

Sementara di desa Rajekwesi kerusakannya paling parah. Desa ini terletak kira-kira 4 mil sebelah barat desa Pancer. Di ujung desa, ketinggian gelombang mencapai 15,3 meter melenyapkan wilayah pantai berpasir. Tsunami ini bergerak sejauh 433 meter ke daratan dan merenggut 33 nyawa menyebabkan bangunan sepanjang pantai rusak.

Di desa Lampon sendiri, tsunami menerjang dari dua sisi berbeda, yakni: dari sisi yang berdekatan dengan sungai dan dari sisi yang berdekatan dengan samudera. Gelombang yang datang mencapai ketinggian hingga 10 meter. Menewaskan 40 orang, menghancurkan 144 rumah hingga tanahnya terkikis sangat dalam.

4. Tsunami Makassar dan Papua Tahun 1996


Periode waktu antara tahun 1996-1998 bisa dikatakan tahun bencana tsunami. Beberapa bencana tsunami ini terjadi di kawasan Pasifik, termasuk di Indonesia.

Pada tanggal 1 Januari 1996, gempa bumi berkekuatan 7,8 SR menghantam Selat Makassar. Gelombang ini membanjiri lebih dari 112 km daerah pantai barat Sulawesi Tengah. Ketinggian gelombang mencapai 4,8 meter. Gelombang masuk ke daratan sejauh 300 meter. Salah satu desa yang hancur adalah desa Tongglobibi. Di desa ini 9 orang tewas, 63 orang terluka, dan 163 bangunan hancur.

Selang enam minggu kemudian, tepatnya pada tanggal 17 Februari, gempa bumi berkekuatan lebih besar mengguncang Papua. Gempai ini menyebabkan tsunami dengan ketinggian gelombang mencapai 7,6 meter. Tsunami ini menewaskan 107 orang di Pulau Biak. Di Yapen, 54 orang dilaporkan hilang. Tercatat pula 10.000 orang kehilangan rumah karena bencana tsunami ini.

5. Tsunami Aceh Tahun 2004


Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 ini diyakini sebagai bencana terhebat dalam kurun waktu beberapa dekade. Bencana ini telah merenggut lebih dari 150.000 nyawa dan membuat jutaan orang lainnya kehilangan tempat tinggal. Besarnya jumlah korban dan kerusakan membuat tsunami tanggal 26 Desember 2004 itu sebagai yang paling menghancurkan dalam sejarah dunia.

Bencanan tsunami ini berawal dari gempa berkekuatan 9 SR yang berada di bawah Samudera Hindia, tepatnya di barat daya Pulau Sumatera. Pergeseran lempeng tektonik di wilayah ini telah menimbulkan gempa kemudian menggoyangkan sejumlah besar air di atasnya.

Dalam waktu beberapa menit saja, gelombang pembunuh itu bergerak ke wilayah pesisir di sebelas negara sekitar Samudera Hindia, menyeret orang-orang ke laut, menenggelamkan rumah-rumah, dan memorak-porandakan kota dan desa.

6. Tsunami Pangandaran Tahun 2006


Bencana ini terjadi pada tanggal 17 Juli 2006 setelah terjadi gempa di sebelah selatan pantai Pangandaran yang berkekuatan 6,8 SR di kedalaman kurang dari 30 km. Pusat gempa berada di sebelah selatan Pameungpeuk yang berjarak 150 km dari Pangandaran. Daerah terdampak tidak hanya di wilayah Pangandaran (Jawa Barat) saja, namun juga menyebar hingga daerah Cilacap dan Kebumen (Jawa Tengah).

Gempa yang diiringi tsunami ini telah menelan korban jiwa hingga mencapai ratusan orang, ratusan orang lainnya mengalami cedera, dan puluhan jiwa dinyatakan hilang. Sebanyak 172 orang tewas berada di kabupaten Ciamis, 68 orang di Cilacap, 39 orang di Kebumen, dan 2 orang di Bantul.

7. Tsunami Palu Tahun 2018


Pada tanggal 28 September 2018, pukul 18.02 WITA terjadi gempa bumi berkekuatan sebesar 7,4 Mw. Pusat gempa berada di 26 km utara Donggala dan 80 km barat laut kota Palu dengan kedalaman 10 km. Guncangan gempa bumi dirasakan di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Mamuju bahkan hingga Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota Makassar. Gempa memicu tsunami hingga ketinggian 5 meter di Kota Palu.

Bencana gempa ini juga diikuti oleh peristiwa pencairan tanah (likuifaksi) yang sangat banyak memakan korban jiwa dan menghanguskan rumah. Dua tempat yang paling nyata mengalami bencana ini adalah Kelurahan Petobo dan Perumnas Balaroa di Kota Palu. Balaroa ini terletak di tengah-tengah sesar Palu-Koro.

Saat terjadinya likuifaksi, terjadi kenaikan dan penurunan muka tanah. Beberapa bagian amblas 5 meter, dan beberapa bagian naik sampai 2 meter. Di Petobo, ratusan rumah tertimbun lumpur hitam dengan tinggi 3-5 meter. Terjadi setelah gempa, tanah di daerah itu dengan lekas berubah jadi lumpur yang dengan segera menyeret bangunan-bangunan di atasnya. Di Balaroa, rumah amblas, bagai terisap ke tanah.

Pada awalnya, 1 orang tewas dan 10 orang luka-luka dikabarkan akibat gempa pertama berkekuatan 6,0 Mw pukul 15.00 WITA. Namun begitu, angka begitu cepat meningkat, sampai diketahuilah jumlah korban telah sampai 420 orang meninggal. Pada Selasa 2 Oktober, Sutopo mengabarkan bahwa korban meninggal telah mencapai 1234 orang.

Adapun jumlah orang tertimbun yang dilaporkan masyarakat telah mencapai 152 orang. Orang yang terluka dibawa ke rumah sakit untuk cepat mendapatkan perawatan. Korban yang tewas maupun yang terluka, merupakan korban tertimpa bangunan yang roboh. BPBD Kabupaten Donggala juga menyatakan bahwa puluhan rumah rusak karena adanya gempa ini.

Sementara akibat gempa 7,4 Mw yang disusul tsunami di Kota Palu hingga Sabtu, 29 September 2018, pukul 15.00 WITA korban tewas mencapai 844 jiwa, lebih dari 500 orang luka berat, 29 orang hilang dan sebanyak 65.733 rumah rusak menurut Kapendam Kodam XIII Merdeka Kolonel (Inf) M Thohir. Dari antara orang-orang yang hilang itu, sebanyak satu keluarga sebanyak 5 orang hilang di tengah tsunami di Pantai Talise. Dari antara 400 lebih orang yang meninggal itu, baru teridentifikasi sebanyak 97 orang.

Itulah informasi seputar 7 daftar bencana tsunami hebat yang pernah terjadi di Indonesia dari waktu ke waktu. Jika Anda memiliki informasi tsunami hebat lainnya silakan berbagi di kolom komentar di bawah ini. Mudahan informasi ini semakin menambah wawasan sejarah Anda.


Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "Berikut 7 Daftar Bencana Tsunami Hebat yang Pernah Terjadi di Indonesia"

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar jika ada yang perlu didiskusikan. Jangan pernah gunakan ujaran kebencian, bullying, dan kalimat-kalimat yang mengandung unsur SARA!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel

Iklan Bawah Artikel